Masukan Kata Kunci Dalam Mencari

Rabu, 07 November 2012

Ketika Sang Hafidz Berzina

Ketika Sang  Hafidz Berzina
           
            Sebuah kisah mengenaskan datang dari saudara Abu Muhammad Al-'Ashri di Yogyakarta, Akhir Muharram 1433 – 24 Desember 2011 M. Ia mengisahkan akan kengerian fitnah yang paling dihindari anak cucu Adam, Zina itulah fitnah yang dimaksud.
            Dalam sebuah blog ia mengisahkan bahwa ada seorang pemuda yang berpredikat Ustadz dan Ustadzah yang sudah hafidz qur’an terjebak dalam fitnah zina. Kisah  nyata menghinakan itu bermula dari awal kedekatan antara Ustadz dan Ustadzah hafidzah, yang akhirnya pada suatu kali mereka berdua janjian untuk ikut sebuah daurah islamiyah. Mereka berpikir bahwa itu adalah acara positif yang islami yang tidak mengapa untuk menghadirinya meski mereka hiasi dengan kegiatan fitnah dengan berjanjian antara lelaki dan perempuan yang belum terikat pernikahan.
            Akhirnya ketika waktu dauroh tiba, mereka berdua mengunjungi dauroh tersebut. Yang dimana tempat dauroh itu tidak jauh tempatnya dari kediaman mereka berdua. Sesampai disana mereka mengikuti acara dauroh dengan khusuk hingga dauroh itu selesai. Dan ketika waktu dauroh selesai, mereka berdua pulang untuk kembali kerumah. Dan Qadarullah (atas kehendak Allah) mereka berdua berpapasan ditengah jalan, ketika mereka berpapasan bukanya menghindar dari fitnah mereka justru tidak mengelak (saling menjauh). Akhirnya ditengah jalan turunlah hujan yang sangat deras hingga membasahi seluruh tubuh mereka berdua.
            Jilbab sang Ustadzah tampak basah kuyup dan melekat di badan, yang akhirnya mereka berdua memutuskan untuk berteduh disuatu tempat yang sepi dan tidak terjangkau oleh khalayak umum. Dan situlah awal perbuatan  yang penuh fitnah yang menjuruskan pada perbuatan yang hina. Akhirnya ketika mereka berteduh berduaan disamping hujan turun dengan derasnya. Terjadilah perbuatan hina yang tidak disangka-sangka antara mereka berdua. Mereka berdua tengah berzina. Naudzubillah.
            Kisah di atas bukan fiksi, tetapi kisah nyata yang belum lama terjadi. Alhamdulillah pelaku zina tersebut kini sudah bertaubat (mudah-mudahan Allah menerima taubatnya dan menutup aibnya), dan pelaku sudah membolehkan cerita ini disampaikan untuk menjadi ibrah (pelajaran), dengan tidak menyebut nama pelaku.
            Lihatlah contoh pemuda-pemudi penghafal Al-Qur'an ini. Bandingkan dengan kita yang mungkin minim atau hampir tidak punya hafalan Al-Qur'an, apalagi belajar agama. Apalagi perhatikan, mereka berdua tidak janjian di tempat pelacuran, tempat cafe, atau karaoke malam, tetapi janjian di tempat daurah, tempat majelis ilmu. Maka, ingatlah bahwa iblis tidak akan menyerah menggoda anak keturunan Adam. Apalagi, iblis memilki pengalaman dari zaman Adam hinggga zaman sekarang untuk menyesatkan manusia. Kurang pengalaman apa lagi? Jika orang shalih saja masih terkena rayuan iblis, maka kita yang pas-pasan ini harus lebih ekstra hati-hati.

            Bersyukurlah kita yang masih diselamatkan Allah ta'ala dari maksiat besar. Namun, kita tidak tahu besok apakah kita masih aman dari maksiat atau tidak. Boleh jadi, sekarang kita memang di jalan yang lurus, tetapi besok? Maka, jika kita menyadari ini, masih ada waktu untuk mengistiqomahkan diri, karena keistiqomahan merupakan anugerah Allah. Janganlah sekali-kali kita aman dari pebuatan maksiat. Maka, jauhilah sebab-sebab fitnah yang merusak. Jauhilah tempat-tempat yang bisa menimbulkan fitnah yang merusak. Selalu luruskanlah niat kita, karena kalau hati ini tidak lurus, amalan shalih yang selama ini kita lakukan tidak ada artinya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar