Ketika Sang Hafidz Berzina
Sebuah kisah
mengenaskan datang dari saudara Abu Muhammad Al-'Ashri di Yogyakarta,
Akhir Muharram 1433 – 24 Desember 2011 M. Ia mengisahkan akan kengerian fitnah
yang paling dihindari anak cucu Adam, Zina itulah fitnah yang dimaksud.
Dalam sebuah blog ia mengisahkan
bahwa ada seorang pemuda yang berpredikat Ustadz dan Ustadzah yang sudah hafidz
qur’an terjebak dalam fitnah zina. Kisah nyata menghinakan itu bermula dari awal
kedekatan antara Ustadz dan Ustadzah hafidzah, yang akhirnya pada suatu kali
mereka berdua janjian untuk ikut sebuah daurah islamiyah. Mereka berpikir bahwa
itu adalah acara positif yang islami yang tidak mengapa untuk menghadirinya
meski mereka hiasi dengan kegiatan fitnah dengan berjanjian antara lelaki dan
perempuan yang belum terikat pernikahan.
Akhirnya ketika waktu dauroh tiba,
mereka berdua mengunjungi dauroh tersebut. Yang dimana tempat dauroh itu tidak
jauh tempatnya dari kediaman mereka berdua. Sesampai disana mereka mengikuti
acara dauroh dengan khusuk hingga dauroh itu selesai. Dan ketika waktu dauroh
selesai, mereka berdua pulang untuk kembali kerumah. Dan Qadarullah
(atas kehendak Allah) mereka berdua berpapasan ditengah jalan, ketika mereka
berpapasan bukanya menghindar dari fitnah mereka justru tidak mengelak (saling
menjauh). Akhirnya ditengah jalan turunlah hujan yang sangat deras hingga
membasahi seluruh tubuh mereka berdua.
Jilbab sang Ustadzah tampak basah
kuyup dan melekat di badan, yang akhirnya mereka berdua memutuskan untuk
berteduh disuatu tempat yang sepi dan tidak terjangkau oleh khalayak umum. Dan
situlah awal perbuatan yang penuh fitnah
yang menjuruskan pada perbuatan yang hina. Akhirnya ketika mereka berteduh
berduaan disamping hujan turun dengan derasnya. Terjadilah perbuatan hina yang
tidak disangka-sangka antara mereka berdua. Mereka berdua tengah berzina. Naudzubillah.
Kisah di
atas bukan fiksi, tetapi kisah nyata yang belum lama terjadi. Alhamdulillah
pelaku zina tersebut kini sudah bertaubat (mudah-mudahan Allah menerima
taubatnya dan menutup aibnya), dan pelaku sudah membolehkan cerita ini
disampaikan untuk menjadi ibrah (pelajaran), dengan tidak menyebut nama pelaku.
Lihatlah contoh pemuda-pemudi
penghafal Al-Qur'an ini. Bandingkan dengan kita yang mungkin minim atau hampir
tidak punya hafalan Al-Qur'an, apalagi belajar agama. Apalagi perhatikan,
mereka berdua tidak janjian di tempat pelacuran, tempat cafe, atau karaoke
malam, tetapi janjian di tempat daurah, tempat majelis ilmu. Maka, ingatlah
bahwa iblis tidak akan menyerah menggoda anak keturunan Adam. Apalagi, iblis
memilki pengalaman dari zaman Adam hinggga zaman sekarang untuk menyesatkan
manusia. Kurang pengalaman apa lagi? Jika orang shalih saja masih terkena
rayuan iblis, maka kita yang pas-pasan ini harus lebih ekstra hati-hati.
Bersyukurlah kita yang masih
diselamatkan Allah ta'ala dari maksiat besar. Namun, kita tidak tahu besok
apakah kita masih aman dari maksiat atau tidak. Boleh jadi, sekarang kita
memang di jalan yang lurus, tetapi besok? Maka, jika kita menyadari ini, masih
ada waktu untuk mengistiqomahkan diri, karena keistiqomahan merupakan anugerah
Allah. Janganlah sekali-kali kita aman dari pebuatan maksiat. Maka, jauhilah
sebab-sebab fitnah yang merusak. Jauhilah tempat-tempat yang bisa menimbulkan
fitnah yang merusak. Selalu luruskanlah niat kita, karena kalau hati ini tidak
lurus, amalan shalih yang selama ini kita lakukan tidak ada artinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar