Masukan Kata Kunci Dalam Mencari

Selasa, 08 Januari 2013

Sabar Menanti Si Buah Hati :QS. Maryam : 5


وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِن وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِراً فَهَبْ لِي مِن لَّدُنكَ وَلِيّاً

"Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera"
(QS.Maryam : 5)



Tujuh tahun sudah lamanya keluarga muslim menunggu momongan, berbagai macam obat herbal, balai pengobatan sudah diikhtiarkan demi mendapatkan kehamilan yang diidamkan. Namun, apa daya kehendak Allah belum menghampiri. Meski keluarga muslim berikhtiar kesana kemari, bila memang Allah belum menunjukan keputusannya maka hanya tawakallah jalan satu-stunya.
          Imam Al Ghazali merincikan antara ikhtiar, sabar dan tawakal. Dijelaskan bahwasanya hukum asal manusia dalam menghadapi keadaan adalah ikhtiar (usaha) hal ini berdasarkan QS.Al Anfal ayat 53, ;” Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu ni'mat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri , dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
          Dan kemudian dalam ikhtiarnya itu hendaklah diiringi dengan sabar, sabar dalam ikhtiar akan memunculkan sikap gigih,pantang menyerah dan senantiasa berdoa kepada Allah swt. Dan sebaik-baik ikhtiar adalah dengan diiringi kesabaran (doa dan pantang menyerah/bersemangat) . Allah swt berfirman ; “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat (doa) sebagai penolongmu” (QS.Al Baqarah :53).
          Namun, bila ikhtiar dan sabar sudah diamalkan namun Allah belum menunjukan hasilnya. Maka jalan akhir yang dilakukan adalah tawakal, yaitu memasrahkan semua hal hanya kepada Allah. Sesungguhnya tawakal ini amat penting bagi manusia selaku makhluk yang lemah, sebab bilamana sikap tawakal ini hilang. Maka rasa kufur dan keingkaranlah yang akan hadir, sedangkan kekufuran atas suatu hal itu lebih berat keburukanya dari takdir pahit yang ada dalam kehidupan.(disarikan dari kitab Ihya Ulum ad Dien : al Ghazali )

Mentauladani Prasangka Baik Nabi Zakaria-as-
Ibnu Katsir mengisahkan dalam kitabnya Qishashul An Biya’ bahwa ada seorang Nabi Besar yang bernama Nabi Zakaria yang memiliki istri yang sudah tervonis mandul. Istrinya adalah seorang abid (ahli ibadah) dan wali Allah, istrinya selalu mendapatkan karomah dari Allah swt berupa buah-buahan yang senantiasa tersedia di sisiny selalu.
          Istrinya rajin beribadah kepada Allah dalam mihrab (ruangan untuk bersujud dan shalat), dan setiap kali Nabi Zakaria melihatnya, ia juga melihat ada buah-buahan yang segar dan langka ada disisinya.  Sehingga Nabi Zakaria bertanya padanya ; “darimanakah buah-buahan ini, bukanya buah ini sedang tidak tumbuh pada musim ini?”. Istrinya lantas menjawab ; “Ini semua dari sisi Allah swt”.
          Melihat karomah tersebut, Nabi Zakaria merenung dan berprasangka baik pada Allah bahwa, zat pemberi rizqi (Allah) saja dengan begitu mudah dan murahnya memberikan buah-buahan yang lezat pada isrinya. Apalagi hanya dengan memberikan anak, tentunya itu lebih mudah dan memungkinkan.
          Akhirnya Nabi Zakaria termotivasi akan hal itu, sehingga ia tetap menjaga prasangka baiknya tersebut pada Allah. Dan setiap  malam ia berikhtiar dan bersabar dalam berdoa kepada Allah swt, ia berdoa dengan suara lembut dan pelan seraya menyeru dan mencurahkan keluh kesahnya kepada Allah swt. "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo'a kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub. dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai".
          Maka, oleh sebab ikhtiar dan sabarnya ; Allah menurunkan berita baik dan menjawab do’an Nabi Nabi Zakaria. Allah swt berfriman “Hai Nabi Nabi Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia”.
          Mendapat kabar gembira tersebut Nabi Zakaria dan istrinya terheran-heran. Dan Nabi Zakaria berkata : "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua". Kemudian keheranan Nabi Zakaria dijawab oleh Allah ; “Hal itu adalah mudah bagi-Ku”.
          Setelah Nabi Zakaria merasa yakin akan kabar bahagia tersebut, ia berkata ; “Aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu,ya Allah”. Akhirnya lahirlah Yahya putra Nabi Zakaria, Yahya tumbuh menjadi hamba dan Nabi Allah yang shalih dan bertaqwa, yang membahagiakan orang tuanya serta meneruskan risalah Tuhannya.

Pelajaran Penting Kisah Nabi Zakaria-as-
          Dalam kisah diatas, secara eksplisit terjelaskan bahwa kunci tercapainya keinginan Nabi Zakaria adalah ia tidak mudah putus asa, selalu semangat menapaki hidup dijalan taqwa serta tidak kufur kepada Allah. Justru Nabi Zakaria menaruh prasangka baik kepada Allah dengan mendalam. Ia senantiasa sabar dalam berdoa pada tiap malam hingga Allah memberikan keputusa-Nya.
          Selain itu pula dalam kisah tersebut menunjukan akan kebesaran dan kuasa Allah, dengan bahasa gaulnya “Apa sich yang Allah tidak bisa, semua mungkin bagi Allah”. Allah maha kuasa atas segala hal dan sesuatu. Sehingga tatkala sesuatu yang mustahil bagi manusa, dapat menjadi bisa bagi Allah. Allah swt berfirman :”Jika Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia.”(QS.Al Baqarah.117)
          Hanya saja dalam mengimani kuasa Allah ini butuh keimanan, prasangka baik kepada Allah yang kuat. Sebagimana sikap Nabi Nabi Zakaria. Terkadang manusai tahu bahwa Allah maha kuasa, namun ketika dihadapkan kesulitan yang menerpa dirinya. Ia seolah lupa akan keyakinanya tersebut, sehingga Allah pun seolah lupa akan orang itu.
          Rasulullah saw bersabda :“Allah berfirman: 'Aku selalu tergantung prasangka hamba-Ku terhadap-Ku’ ”(HR.Bukhari.No:6951, sahih oleh Al Bani).
          Ibnu Hajar menjelaskan bahwa, prasangka yang baik kepada Allah, akan menghasilkan yang baik pula atas dirinya sendiri.

Kisah Nyata Ibu Penyandang Kanker Rahim
Dalam sebuah majalah islam terbitan Riyadh, Arab Saudi dikisahkan akan kisah nyata seorang Ibu penyandang kanker rahim. Ia sudah divonis positif mengidap kanker rahim oleh dokter ahli, sehingga konsekuensinya ia tidak bisa mendapatkan momongan.
          Sontak mendengar vonis tersebut ia dan suaminya merasa sedih, namun oleh sebab sang Ibu senantiasa berprasangka baik pada Allah atas segala sesuatu yang terjadi. Akhirnya ditahun ketiga setelah vonis dijatuhkan, sang Ibu mendapati kehamilan dalam rahimnya. Semua orang kaget dan tidak menyangka, sebagaimana tidak menyangkanya Nabi Zakaria ketika mendapati istrinya hamil.
          Peristiwa hamilnya Ibu yang tervonis kanker rahim ini sempat menggemparkan dunia, terutama di dunia kedokteran Amerika. para dokter tidak bisa angkat bicara ketika mendengar berita menakjubkan ini, para dokter hanya berkomentar bahwa ; “ini adalah keajaiban Tuhan”. Pasalnya secara ilmiyah dan nalar manusia, seorang wanita yang terkena kanker rahim mustahil bisa memiliki kehamilan.
          Setelah kehamilan selesai dan lahirlah jabang bayi, sang ibu ditanya. Apa rahasianya sehingga ia bersabar dan medapatkan manisnya buah kesabaran tersebut. sang ibu menjawab bahwa ini oleh sebab prasangka baik saya pada Allah, sehingga Allah berkenan memberikan rahmat-Nya.
          Dan ketika sang suami ditanyai, dengan apa ia berikhtiar menangani masalah istrinya itu, sang suami menjelaskan bahwa hanya dengan doa yang ikhlas pada Allah lah masalah istri saya bisa diselesaikan dengan hasil yang menggembirakan. Sebab manusia itu lemah dan tiada daya upaya. Terlebih secara akal usaha yang memungkinkan saya lakukan hanyalah berdoa, karena semua usaha sudah saya lakukan namun tiada membuahkan hasil.
          Pantaslah jika Ibnu Taimiyyah pernah berkata bahwa “Doa adalah senjata utama kaum muslimin, tanpa doa kaum muslimin bagai prajurit tanpa pedang. Terlihat gagah namun minim (lemah) dalam berjuang”.

Mutiara Tafsir
Ayat dia atas termasuk ayat-ayat kisah, dimana Ahlu Sunnah wal Jama'ah dalam menyikapi ayat kisah ini adalah dengan mengimani kisah tersebut, merinci kisah dari riwayat yang sahih , mengambil pelajaran darinya ,dan tidak menakwilkannya lebih lanjut.
          Dan selanjutnya bahwa ayat diatas dapat diambil pelajaran (ibrah) bahwa prasangka baik kepada Allah akan membuahkan hasil berupa ketetapan Allah yang baik pula, sabar dalam berdoa demi menanti jawaban terbaik dari Allah. Bila doa belum dikabulkan, jangan sekali-kali menaruh prasangka buruk pada Allah dan berputus asa.
          Sikap kaum kukmin atas takdir Allah adalah dengan bertawakal yang benar, yaitu tanpa mengindahkan ikhtiar dan doa selaku usaha merubah nasib. Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Al Ghazali diatas.
          Selain itu pula disana dijelaskan perihal adab berdoa yang baik, yaitu dilakukan dengan suara yang lembut dan lirih (tidak bengak-bengok :jawa), dengan penuh prasangka baik dan pengharapan yang hanya ditunjukan untuk Allah. Dan sebaik-baik doa adalah doa langsung kepada Allah tanpa melalui perantara mkahluk lainya, sebab orang yang berdoa itulah yang paling paham hajatnya ; bukan orang lain.
         

[]Muhammad Fachmi Hidayat

Referensi :
·        Qishashul An Biya,Imam Ibnu Katsir (Beirut : Dar al Fikr)
·        Tafsir Al Qur’anul Azim, Imam Ibnu Katsir (Beirut : Dar Khotob al Ilmiyah )
·        Ihya Ulum ad Dien, Imam al Ghazali (Beirut : Dar al Fikr )
·        Amradh al-Qulb wa Syifa’uha, Imam Ibnu Taimiyyah (Damaskus : Maktabah Ibnu Qayim)
·        Fathu Barri,Ibnu Hajar al Asqalani (Beirut : Dar al Fikr)
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar